SEJARAH
IMUNOLOGI
Sejarah perkembangan konsep imunologi dimulai sejak zaman Hippocrates
(460-377 SM) sampai saat ini. Hippocrates adalah seorang pakar perobatan asal
Yunani yang sangat terkenal ketika itu dan dihadiahi gelar “Bapa Perubatan”. Hipocrates
berpendapat bahwa sakit bukan disebabkan hal-hal yang bersifat supranatural.
Penyakit terjadi karena adanya keterkaitan elemen-elemen bumi berupa api,
udara, dan air. Elemen-elemen tersebut menyebabkan kondisi dingin, kering,
panas, dan lembab. Kondisi ini mempengaruhi sejumlah cairan dalam tubuh seperti
darah, cairan empedu kuning, dan cairan empedu hitam. Pada zaman ini
Hippocrates telah menghubungkan antara kejadian sakit dengan faktor-faktor
lingkungan.
Claudius Galenus atau Galen (129-199 SM), seorang pakar
perobatan, pakar bedah, serta ahli falsafah asal Pergamos (sekarang
Bergama,Turki), menyatakan bahwa penyakit terjadi akibat adanya interaksi
antara 3 faktor yaitu tubuh, sikap/cara hidup, dan atmosfer. Dia mencetuskan
teori miasma (miasmatic theory) yang menganggap bahwa penyakit disebabkan oleh zat halus (gas busuk) dari
permukaan bumi. Miasma dianggap sebagai uap
beracun atau kabut berisi partikel dari materi membusuk (miasmata) yang
menyebabkan penyakit. penyakit berhubungan dengan racun yang keluar dari hasil faktor-faktor lingkungan seperti air, yang terkontaminasi, udara kotor, dan kondisi lingkungan yang buruk, infeksi tersebut menyebar tidak melalui individu ke individu lain, akan tetapi hanya mempengaruhi individu-individu yang tinggal dalam daerah tertentu yang memunculkan uap busuk tersebut. Dapat dikatakan pada masa Galen ini telah ada pemikiran bahwa penyakit terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan dan sikap hidup.
Pada tahun 1546, Girolamo Fracastoro (1478-1553), seorang fisikawan
sekaligus penyair asal Itali, mengajukan teori
kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit
infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu
individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi. Menurut
konsep ini sakit terjadi karena adanya proses kontak /bersinggungan dengan
sumber penyakit. Dapat dikatakan pada masa ini telah ada pemikiran adanya
konsep penularan.
Pada tahun 1798, Edward Jenner (1749-1823) mengamati
bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi variola secara alamiah, bila ia
telah terpajan sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox).
Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun
pada waktu itu belum diketahui bagaimana mekanisme yang sebenarnya terjadi.
Memang imunologi tidak akan maju bila tidak diiringi dengan kemajuan dalam
bidang teknologi, terutama teknologi kedokteran. Dengan ditemukannya mikroskop
maka kemajuan dalam bidang mikrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri
penyebab penyakit infeksi. Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru dimulai
setelah Louis Pasteur pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan
dapat membiak mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory)
penyakit. Penemuan ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies
pada manusia tahun 1885. Hasil karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar
perkembangan vaksin selanjutnya yang merupakan pencapaian gemilang di bidang
imunologi yang memberi dampak positif pada penurunan morbiditas dan mortalitas
penyakit infeksi pada anak.
Pada abad ke XVIII dikenal penyakit-penyakit infeksi yang bersifat
menular seperti penyakit cacar, penyakit rabies, dan penyakit kolera. Salah
satu peneliti yang concern pada
penyakit kolera pada masa itu adalah Jhon Snow (1813-1858). Jhon Snow melakukan
observasi mengenai riwayat alamiah penyakit kolera dan bagaimana model
transmisi/penularannya. Snow mengamati bahwa kolera ditularkan dari manusia ke
manusia lain melalui sel hidup yang tidak terlihat tapi dapat memperbanyak diri
secara cepat. Transmisinya melalui pencernaan dan atau air yang berasal dari
faeces yang infeksius. Walaupun Snow telah memunculkan teori mengenai penyebab
kolera yaitu mikroorganisme tertentu, tetapi teori tersebut belum bisa diterima
sepenuhnya. Di lain pihak, Louis Pasteur (1822-1895) menemukan mikroorganisme
pada proses fermentasi, disamping itu mikroorganisme tersebut terdapat pula pada
udara atmosfer. Penemuan Pasteur menarik perhatian Lord Lister (1865), seorang
ahli bedah, sehingga kemudian ia memakai antiseptik (karbol) untuk membersihkan
luka-luka pasiennya. Dari usahanya tersebut pasien-pasiennya banyak yang
terhindar dari infeksi. Selain itu Pasteur mengisolasi kuman/bakteri anthrax kemudian dibuat kultur dan dilemahkan,
kemudian disuntikkan pada ternak yang terinfeksi. Hasilnya adalah terjadi
kekebalan pada ternak. Dari eksperimen Pasteur tersebut timbullah konsep imunisasi/vaksinasi.
Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab penyakit
tuberkulosis pertama kali. Dalam rangka mencari vaksin terhadap tuberkulosis
ini, ia mengamati adanya reaksi tuberkulin (1891) yang merupakan reaksi
hipersensitivitas lambat pada kulit terhadap kuman tuberkulosis. Reaksi
tuberkulin ini kemudian oleh Mantoux (1908) dipakai untuk mendiagnosis penyakit
tuberkulosis pada anak. Imunologi mulai dipakai untuk menegakkan diagnosis
penyakit pada anak. Vaksin terhadap tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921 oleh
Calmette dan Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Kemudian diketahui bahwa tidak hanya
mikroorganisme hidup yang dapat menimbulkan kekebalan, bahan yang tidak hidup
pun dapat menginduksi kekebalan. Adapun postulat Koch yaitu :
- Kuman harus ada pada setiap kasus penyakit dan dapat dibuktikan melalui kultur
- Kuman-kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus yang disebabkan oleh penyakit lain
- Kuman tersebut harus menimbulkan penyakit yang sama pada hewan percobaan
- Dari hewan percobaan yang telah sakit, dapat ditemukan kuman yang sama dengan kuman penyebab penyakit
Kelemahan
dari postulat Koch adalah tidak dapat diterapkan pada semua penyakit, yaitu
meliputi :
- Pada penyakit-penyakit akibat virus (virus belum dapat di kultur)
- Pada penyakit-penyakit tertentu seperti campak, penyakit ini dapat menyebabkan sakit pada manusia tetapi tidak dapat menyerang semua hewan percobaan kecuali hanya pada anjing-anjing kecil
- Penyakit-penyakit canine distemper, dapat menyerang anjing tetapi tidak dapat menyerang manusia sehingga harus ada host yang spesifik untuk kuman-kuman tertentu
Terima Kasih sudah
bekunjung di blog labpatologianatomi ini...
Dalam blog ini akan Kami share
segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan
segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium
umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di
bawah ini :www.biosm-indonesia.com
Oh, dimulai dari zaman Hippocrates ya? baru tahu
BalasHapusya dimulai dari zaman Hippocrates, Hippocrates adalah seorang pakar perobatan asal Yunani yang sangat terkenal ketika itu dan dihadiahi gelar “Bapa Perubatan”
BalasHapus