Rabu, 05 Desember 2012

SEJARAH IMUNOLOGI


SEJARAH IMUNOLOGI
Sejarah perkembangan konsep imunologi dimulai sejak zaman Hippocrates (460-377 SM) sampai saat ini. Hippocrates adalah seorang pakar perobatan asal Yunani yang sangat terkenal ketika itu dan dihadiahi gelar “Bapa Perubatan”. Hipocrates berpendapat bahwa sakit bukan disebabkan hal-hal yang bersifat supranatural. Penyakit terjadi karena adanya keterkaitan elemen-elemen bumi berupa api, udara, dan air. Elemen-elemen tersebut menyebabkan kondisi dingin, kering, panas, dan lembab. Kondisi ini mempengaruhi sejumlah cairan dalam tubuh seperti darah, cairan empedu kuning, dan cairan empedu hitam. Pada zaman ini Hippocrates telah menghubungkan antara kejadian sakit dengan faktor-faktor lingkungan.
Claudius Galenus atau Galen (129-199 SM), seorang pakar perobatan, pakar bedah, serta ahli falsafah asal Pergamos (sekarang Bergama,Turki), menyatakan bahwa penyakit terjadi akibat adanya interaksi antara 3 faktor yaitu tubuh, sikap/cara hidup, dan atmosfer. Dia mencetuskan teori miasma (miasmatic theory) yang menganggap bahwa penyakit disebabkan oleh zat halus (gas busuk) dari permukaan bumi. Miasma dianggap sebagai uap beracun atau kabut berisi partikel dari materi membusuk (miasmata) yang menyebabkan penyakit. penyakit berhubungan dengan racun yang keluar dari hasil faktor-faktor lingkungan seperti air, yang terkontaminasi, udara kotor, dan kondisi lingkungan yang buruk, infeksi tersebut menyebar tidak melalui individu ke individu lain, akan tetapi hanya mempengaruhi individu-individu yang tinggal dalam daerah tertentu yang memunculkan uap busuk tersebut. Dapat dikatakan pada masa Galen ini telah ada pemikiran bahwa penyakit terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan dan sikap hidup.

Pada tahun 1546, Girolamo Fracastoro (1478-1553), seorang fisikawan sekaligus penyair asal Itali, mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi. Menurut konsep ini sakit terjadi karena adanya proses kontak /bersinggungan dengan sumber penyakit. Dapat dikatakan pada masa ini telah ada pemikiran adanya konsep penularan.
Pada tahun 1798, Edward Jenner (1749-1823) mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terpajan sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun pada waktu itu belum diketahui bagaimana mekanisme yang sebenarnya terjadi. Memang imunologi tidak akan maju bila tidak diiringi dengan kemajuan dalam bidang teknologi, terutama teknologi kedokteran. Dengan ditemukannya mikroskop maka kemajuan dalam bidang mikrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi. Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru dimulai setelah Louis Pasteur pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat membiak mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Penemuan ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun 1885. Hasil karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya yang merupakan pencapaian gemilang di bidang imunologi yang memberi dampak positif pada penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak.
Pada abad ke XVIII dikenal penyakit-penyakit infeksi yang bersifat menular seperti penyakit cacar, penyakit rabies, dan penyakit kolera. Salah satu peneliti yang concern pada penyakit kolera pada masa itu adalah Jhon Snow (1813-1858). Jhon Snow melakukan observasi mengenai riwayat alamiah penyakit kolera dan bagaimana model transmisi/penularannya. Snow mengamati bahwa kolera ditularkan dari manusia ke manusia lain melalui sel hidup yang tidak terlihat tapi dapat memperbanyak diri secara cepat. Transmisinya melalui pencernaan dan atau air yang berasal dari faeces yang infeksius. Walaupun Snow telah memunculkan teori mengenai penyebab kolera yaitu mikroorganisme tertentu, tetapi teori tersebut belum bisa diterima sepenuhnya. Di lain pihak, Louis Pasteur (1822-1895) menemukan mikroorganisme pada proses fermentasi, disamping itu mikroorganisme tersebut terdapat pula pada udara atmosfer. Penemuan Pasteur menarik perhatian Lord Lister (1865), seorang ahli bedah, sehingga kemudian ia memakai antiseptik (karbol) untuk membersihkan luka-luka pasiennya. Dari usahanya tersebut pasien-pasiennya banyak yang terhindar dari infeksi. Selain itu Pasteur mengisolasi kuman/bakteri anthrax kemudian dibuat kultur dan dilemahkan, kemudian disuntikkan pada ternak yang terinfeksi. Hasilnya adalah terjadi kekebalan pada ternak. Dari eksperimen Pasteur tersebut timbullah konsep imunisasi/vaksinasi.
Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab penyakit tuberkulosis pertama kali. Dalam rangka mencari vaksin terhadap tuberkulosis ini, ia mengamati adanya reaksi tuberkulin (1891) yang merupakan reaksi hipersensitivitas lambat pada kulit terhadap kuman tuberkulosis. Reaksi tuberkulin ini kemudian oleh Mantoux (1908) dipakai untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis pada anak. Imunologi mulai dipakai untuk menegakkan diagnosis penyakit pada anak. Vaksin terhadap tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921 oleh Calmette dan Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Kemudian diketahui bahwa tidak hanya mikroorganisme hidup yang dapat menimbulkan kekebalan, bahan yang tidak hidup pun dapat menginduksi kekebalan. Adapun postulat Koch yaitu :
  • Kuman harus ada pada setiap kasus penyakit dan dapat dibuktikan melalui kultur
  • Kuman-kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus yang disebabkan oleh penyakit lain
  • Kuman tersebut harus menimbulkan penyakit yang sama pada hewan percobaan
  • Dari hewan percobaan yang telah sakit, dapat ditemukan kuman yang sama dengan kuman penyebab penyakit
Kelemahan dari postulat Koch adalah tidak dapat diterapkan pada semua penyakit, yaitu meliputi :
  • Pada penyakit-penyakit akibat virus  (virus belum dapat di kultur)
  • Pada penyakit-penyakit tertentu seperti campak, penyakit ini dapat menyebabkan sakit pada manusia tetapi tidak dapat menyerang semua hewan percobaan kecuali hanya pada anjing-anjing kecil
  • Penyakit-penyakit canine distemper, dapat menyerang anjing tetapi tidak dapat menyerang manusia sehingga harus ada host yang spesifik untuk kuman-kuman tertentu

Terima Kasih sudah bekunjung di blog labpatologianatomi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :

www.biosm-indonesia.com

2 komentar:

  1. Oh, dimulai dari zaman Hippocrates ya? baru tahu

    BalasHapus
  2. ya dimulai dari zaman Hippocrates, Hippocrates adalah seorang pakar perobatan asal Yunani yang sangat terkenal ketika itu dan dihadiahi gelar “Bapa Perubatan”

    BalasHapus