Minggu, 20 Januari 2013

Imunologi Seluler



Imunologi Seluler

Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadappenolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imun baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.
Imunitas selular adalah suatu respon imun terhadap antigen yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Imunitas seluler merupakan bagian dari respon imun dapatan yang berfungsi untuk mengatasi infeksi mikroba intraseluler. Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit T.
Terdapat 2 jenis mekanisme infeksi yang menyebabkan mikroba dapat masuk dan berlindung di dalam sel. Pertama, mikroba diingesti oleh fagosit pada awal respon imun alamiah, namun sebagian dari mikroba tersebut dapat menghindari aktivitas fagosit. Bakteri dan protozoa intraseluler yang patogen dapat bereplikasi di dalam vesikel fagosit. Sebagian mikroba tersebut dapat memasuki sitoplasma sel dan bermultiplikasi menggunakan nutrien dari sel tersebut. Mikroba tersebut terhindar dari mekanisme mikrobisidal. Kedua, virus dapat berikatan dengan reseptor pada berbagai macam sel, kemudian bereplikasi di dalam sitoplasma sel. Sel tersebut tidak mempunyai mekanisme intrinsik untuk menghancurkan virus. Beberapa virus menyebabkan infeksi laten, DNA virus diintegrasikan ke dalam genom pejamu, kemudian protein virus diproduksi di sel tersebut. Adapun fungsi dari imunitas seluler adalah :


§  Imunitas selular berfungsi untuk mengorganisasi respons inflamasi nonspesifik dengan mengaktivasi fungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, serta sel fagosit lainnya; selain itu juga mengadakan proses sitolitik atau sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang mengandung antigen.
§  Imunitas selular berfungsi pula untuk meningkatkan fungsi sel B untuk memproduksi antibodi, juga meningkatkan fungsi subpopulasi limfosit T baik sel Th/penginduksi maupun sel Tc/sel supresor. Fungsi lainnya adalah untuk meregulasi respons imun dengan mengadakan regulasi negatif dan regulasi positif terhadap respons imun.




Berikut adalah salah satu mekanisme respon imun seluler terhadap virus influenza dan sistem imun sel :






Terima Kasih sudah bekunjung di blog labimunologi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar imunologi..
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium imunologi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :

Imunoglobulin



Imunoglobulin
Imunoglobulin adalah molekul glikoprotein yang diproduksi oleh sel-sel plasma dalam merespon suatu imunogen dan berfungsi sebagai antibodi. Penamaan imunoglobulin diperoleh berdasarkan temuan dari proses migrasinya dengan protein globular, yaitu ketika serum yang mengandung antibodi ditempatkan dalam medan listrik. Imunoglobulin atau selanjutnya disebut antibodi ini merupakan sistem pertahanan tubuh lapis ketiga yang bersifat spesifik. Berat molekulnya dari terendah sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) hingga fraksi dengan berat molekul 900.000 (19S).
Pada 1972, struktur dasar imunoglobulin ditemukan pertama kali oleh seorang biokimiawan Inggris bernama Rodney Robert Porter. Porter menggunakan enzim papain dalam memecah imunoglobulin darah menjadi 3 fragmen yang lebih sederhana. Ketiga fragmen tersebut terbagi ke dalam dua kelompok yaitu dua fragmen adalah identik dan dapat mengikat antigen untuk membentuk kompleks yang larut dan bervalensi satu (Univalen), disebut FAB (Fragment Antigen Binding). Sedangkan untuk fragmen ketiga tidak dapat mengikat antigen dan membentuk kristal FC (Fragment Crytallizable). Imunoglobulin merupakan rangkaian 4 rantai polipeptida yang terdiri dari 2 rantai “berat” (Heavy Chain =H) dan 2 rantai “ringan” (Light Chain = L) yang tersusun secara simetris dan saling berhubungan satu sama lainnya melalui ikatan disulfida (Interchain Disulfide Bonds).
Meskipun imunoglobulin tersusun dari unit dasar yang sama tetapi secara struktural dapat dibedakan dengan jelas. Berikut pemaparan dari struktur dasar imunoglobulin tersebut :
·      Rantai Ringan dan Rantai Berat
Semua imunoglobulin memiliki struktur empat jaringan sebagai unit dasar mereka. Mereka terdiri dari dua rantai ringan identik (23kD) dan dua rantai berat identik (50-70kD)
·      Ikatan Disulfida
1.  Interchain Disulfide Bonds : Rantai berat, rantai ringan, dan dua rantai berat dihubungkan bersama oleh ikatan disulfida inter-chain dan interaksi non-kovalen. Jumlah Ikatan disulfida inter-chain bervariasi antara molekul antibodi yang berbeda.
2.  Intra-chain disulfide binds : Dalam masing-masing rantai polipeptida terdapat ikatan disulfida intra-chain
·      Daerah Variable (V) and Constant (C)
Ketika perbedaan urutan asam amino rantai berat dan rantai ringan diperbandingkan, rantai berat dan ringan dapat dibagi menjadi dua wilayah berdasarkan variabilitas dalam urutan asam amino. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Rantai Ringan : VL (110 asam amino) dan CL (110 asam amino)
2.    Rantai Berat : VH (110 asam amino) dan CH (330-440 asam amino)
·      Daerah Engsel
Daerah ini adalah daerah di mana lambang molekul antibodi Y. Hal ini disebut wilayah engsel karena ada beberapa fleksibilitas pada molekul tersebut.
·      Domain
Gambaran tiga dimensi dari molekul antibodi merupakan lipatan-lipatan daerah globular yang masing-masing berisi ikatan disulfida intra-jaringan. Daerah ini disebut domain.
1.    Domain Rantai Ringan - VL and CL
2.    Domain Rantai Berat - VH, CH1 - CH3 (or CH4)
·      Oligosakarida
Karbohidrat melekat pada domain CH2 dalam kebanyakan imunoglobulin. Namun dalam beberapa kasus, karbohidrat mungkin juga terdapat pada lokasi yang lain.
Berikut adalah macam-macam jenis immunoglobulin :
·      Immunoglobulin G ( Ig G )
-       Merupakan satu-satunya immunoglobulin yang mampu melewati plasenta
-       Merupakan kekebalan pasif dari ibu kepada anaknya sera merupakan pertahanan utama untuk bayi pada minggu-minggu pertama dalam kehidupannya ( dari kolustrum)
·      Immunoglobulin M ( Ig M )
-       Disintesis pertama kali sebagai stimulus terhadap antigen
-       Tidak dapat melalui plasenta
·      Immunoglobulin A ( Ig A )
·      Ditemukan dalam sekresi eksternal. Contoh pada mukosa saluran nafas, intestinal, urin, genital, saliva, air mata dll
·      Dapat menetralisir virus dan menghalangi penempelan bakteri pada sel epitelium
·      Immunoglobulin D ( Ig D )
-       Melekat pada permukaan luar sel limfosit B
-       Berfungsi sebagai reseptor antigen sel limfosit B dan penting bagi aktivitas sel limfosit B tersebut.
·      Immunoglobulin E ( Ig E )
-       Disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil
-       Mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam reaksi alergi




Berikut gambaran struktur imunoglobulin :







Terima Kasih sudah bekunjung di blog labimunologi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar imunologi..
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium imunologi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :

Kamis, 10 Januari 2013

IMUNOLOGI HUMORAL



IMUNOLOGI HUMORAL
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh. Imunologi berasal dari bahasa Latin yaitu immunis yang berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Secara terminologi, imunologi diartikan sebagai studi tentang mekanisme biologis dari seluler, molekular, serta fungsional sistem imun. Sedangkan sistem imun itu sendiri adalah suatu sistem yang terdiri dari molekuler, seluler, jaringan, dan organ yang berperan dalam proteksi/kekebalan tubuh (imunitas). Sistem ini membentengi tubuh dari segala sesuatu yang dianggap “asing” dan pembawa penyakit infeksi.
Imunitas adalah perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sel-sel dan molekul-molekul yang terlibat di dalam perlindungan membentuk sistem imun. Sedangkan respon untuk menyambut agen asing disebut respon imun. Jadi, agen asing atau antigen adalah substansi yang dapat menyebabkan terjadinya respon imun, misalnya virus. Tidak semua respon imun melindungi dari penyakit. Beberapa agen asing seperti allergen yang ditemukan pada debu, bulu kucing dll. dapat menyebabkan penyakit sebagai konsekuensi akibat menginduksi respon imun.
Salah satu komponen sistem imun pada organisme adalah molekul/humoral. Komponen ini terdiri dari tiga substansi yaitu komplemen, interferon, dan antibodi. Secara garis besar, ketiga komponen ini termasuk kedalam respon imun spesifik yang merupakan respon/tanggapan suatu sistem imun yang spesifik terhadap benda/zat asing tertentu saja. Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalan humoral. Interferon merupakan hormon berbentuk sitokina berupa protein berjenis glikoprotein yang disekresi oleh sel vertebrata karena akibat rangsangan biologis, seperti virus, bakteri, protozoa, mycoplasma, mitogen, dan senyawa lainnya.
Antibodi adalah adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Sistem imunitas manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan antigen. Antibodi dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar di dalam pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan.
Antigen merupakan molekul yang memacu respons imun (imunogen). Substansi ini dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah tersensitivitasi. Secara fungsional dibagi :
·         Imunogen à Semua imunogen adalah antigen, tapi
                     tidak semua antigen adalah imunogen
·         Hapten à bahan kimia kecil yang diikat antibodi,
                     tetapi harus diikat oleh makromolekul sebagai
                     pembawa untuk dapat merangsang respons imun
                     spesifik (mis. Antibiotik). Biasanya dikenal oleh B,
                     molekul pembawa oleh sel T
Respon imun humoral adalah aspek imunitas yang dimediasi oleh sekresi antibodi yang diproduksi dalam sel-sel B limfosit. Aktivasi dan fungsi sel B dapat dijelaskan sebagai berikut :
·         Ag + Ig à sel B aktif & berproliferasi à aktivasi enzim kinase &  ion Ca à fosforilasi protein à regulasi transkripsi gen à regulasi pertumbuhan & diferensiasi sel à sekresi antibody
       Fungsi antibodi:
        Mengenali dan berikatan dengan antigen
        Mengeliminasi antigen
Adapun faktor-faktor humoral yang ditemukan di dalam serum atau terbentuk di lokasi infeksi.
1.            Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan non spesifik humoral utama, suatu sistem yang terdiri atas lebih dari 20 protein, yang dengan berbagai cara dapat diaktifkan untuk merusak bakteri. Sekali komplemen diaktifkan maka dapat memicu peningkatan permeabilitas pembuluh darah, rekrutmen sel-sel fagositik serta lisis dan opsonisasi bakteri.
Sistem komplemen menyelubungi mikroba dengan molekul-molekul yang membuatnya lebih mudah ditelan oleh fagosit. Mediator permeabilitas vaskuler meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga dapat menambah aliran plasma dan komplemen ke lokasi infeksi, juga mendorong marginasi (fagosit menempel di dinding kapiler). Sekali fagosit bekerja, mereka akan mati. Sel-sel mati ini bersama jaringan rusak dan air membentuk pus.

2.            Sistem koagulasi
Tergantung beratnya kerusakan jaringan, sistem koagulasi akan diaktifkan atau tidak. Beberapa produk dari sistem koagulasi berperan dalam pertahanan non spesifik karena kemampuannya untuk meningkatkan permeabilitas vaskuler dan aktifitas sebagai agen kemotaksis untuk sel-sel fagositik. Selain itu, beberapa produk sistem koagulasi merupakan antimikrobial langsung, misalnya beta-lisin, suatu protein yang dihasilkan oleh trombosit selama koagulasi dan dapat menyebabkan lisis beberapa bakteri Gram positif dengan aksi sebagai detergen kationik.

3.            Laktoferrin dan transferrin
Karena mengikat besi, laktoferin dan transferin membatasi pertumbuhan bakteri (kedua jenis protein ini merupakan nutrien esensial bagi bakteri).

4.            Interferon
Interferon adalah protein yang dapat membatasi replikasi virus di dalam sel

5.            Lisozim
Lisozim merusak dinding sel bakteri

6.            Interleukin
Interleukin -1 (IL-1) memicu demam dan produksi protein fase akut, beberapa di antaranya adalah antimikrobial yang menyebabkan opsonisasi bakteri.




Keseimbangan Sistem Imun

Terima Kasih sudah bekunjung di blog lab imunologi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :

www.biosm-indonesia.com